Tuesday, May 29, 2012

Bank ke bank, Pegadaian ke pegadaian di Manokwari yang panas nan menyengat

Bismillahirrahmanirrahim,,

Di suatu selasa pagi, saya mulai dengan shalat shubuh berjama'ah di Masjid Burasi, kemudian sambil menunggu pukul 09.00 saya baca-baca Al-Qur'an di Kosan. Ternyata mata saya terlalu manja untuk dapat menahan kantuk, dan akhirnya sayapun tertidur. Bangun-bangun jam sudah menunjukkan pukul 10 lewat, saya segera mandi dan bergegas melakukan kebiasaan shalat dhuha 6 raka'at, dan kali ini saya menambahkan 2 raka'at shalat hajad. Saya berdo'a kepada Allah SWT, agar urusan saya hari ini dimudahkan oleh-Nya. Tepat pukul 10.30, saya langsung tancap gas motor untuk pergi mencari sarapan, seperti pagi-pagi sebelumnya tempat favorit sarapan saya di jalan amban, suatu warung makan depan kampus terbaiknya manokwari,yaitu UNIPA. Karena makan saya cepat( sangat tidak sesuai dengan cara makan yang diajarkan Rasululullah ), jam 10.45 saya sudah meluncur ke Kantor Dinas Kesehatan Manokwari untuk menunaikan janji bahwa saya akan ditemani oleh Pak Riyanto, Pengelola Gaji PTT Dinkes untuk pergi mengurus peninggalan-peninggalan Alm.Ferlino Rasyid. Almarhum adalah seorang dokter PTT Manokwari, yang meninggal akibat kecelakaan maut di Tikungan Pantai Dosa, Arfai, Manokwari, Papua Barat. Dari informasi yang tersiar, almarhum mengalami kecelakaan naas tersebut dalam perjalanan dinas menuju ke tempat tugas dengan mengendarai motor dan ditabrak seorang pengendara mabuk dari arah yang berlawanan dengan memakan jalur yang dilewati almarhum. Kejadian yang begitu cepat ini, terjadi pada tanggal 19 mei 2012 pukul 08.30 WIT. Diduga Almarhum meninggal seketika di TKP, karena sewaktu diantar ke RSUD Manokwari pada pukul 9 pagi lewat, almarhum sudah dalam kondisi tak bernyawa lagi, sedangkan pelakunya di tangani di UGD karena kondisinya juga kritis. Selang 4 jam kemudian, sebelum jenazah di shalatkan setelah sebelumnya dimandikan terlebih dahulu, terdengar kabar dari UGD bahwa pelaku yang merupakan orang papua asli,keturunan Biak ini, juga akhirnya meninggal.

Peninggalan-peninggalan yang sedang kami urus antara lain berupa tabungan-tabungan dan simpanan investasi emas yang saya dengar dari seorang teman kuliahnya dulu disimpan dipegadaian. Perjalanan kami mulai pukul 12.30 WIT, karena kami harus melaksanakan shalat Dhuhur berjama'ah di Masjid Fasharkan, Sanggeng. Kami mulai mendatangi bank yang terdekat dengan masjid tempat kami shalat, yaitu Bank Mandiri di Sanggeng, setelah kami masuk tidak menunggu lama kami dipersilahkan berbicara dengan salah seoarang Customer Service(CS) nya,kami mulai menerangkan maksud kedatangan kami. Alhamdulillah, Bapak yang melayani kami cukup welcome, setelah kami menunjukkan dokumen penguat, berupa surat kematian dari RSUD dan surat penugasan dari dinas kesehatan yang dikemas secara resmi. Namun, lagi-lagi birokrasi yang membuat kita tidak bisa mendapatkan informasi mengenai apakah almarhum punya rekening tabungan di Bank Mandiri tersebut. Jadi kita diminta meninggalkan dokumen-dokumen tersebut, untuk di disposisikan kepada manajer. Dan akan di kasih balasan besok paginya, bahwa apakah almarhum punya rekening tabungan atau tidak?, karena kami belum mengunjungi bank yang lain dan pegadaian, maka kami memutuskan untuk tidak menyerahkan dokumen-dokumen tersebut. Alhasil Mandiri masih belum ada informasi apakah almarhum punya tabungan disana atau tidak?. Kemudian kami mendatangi BRI yang berlokasi sebelahnya, tepat sebelah utaranya, kita langsung di sambut pak Agus yang merupakan perantara penerima gaji dokter ptt pusat dari pemerintah pusat. Pak Agus, segera mengecek dan langsung memberitahukan bahwa gaji terakhir almarhum masuk pada bulan april. Pak Rianto meminta beliau untuk segera memblokir rekening tersebut, diharapkan setelah penerimaan gaji terakhirnya yaitu bulan mei, akan dicairkan dan segera bisa ditransferkan ke keluarga almarhum.

Kami lanjutkan perjalanan ke Bank Danamon, setelah di periksa di komputer oleh mbak CS nya, tidak ada nama almarhum. Berarti almarhum bukan merupakan nasabah bank tersebut. Perjalanan kita lanjutkan ke Pegadaian Pusat di Jl. Borobudur, tepat pukul 13.45, kami menanyakan ke tellernya, ternyata benar almarhum pernah menyimpan emas disana dan sudah lunas dibayarkan. Diberitahukan juga, bahwa almarhum juga membeli emas di pegadaian unit di Jl.Kampung Makasar, alhamdulillah pegawai-pegawainya sama dengan di pegawai pegadaian pusat, mereka sangat welcome dan informatif. Diberitahukan bahwa almarhum juga memang membeli emas di pegadaian tersebut. Bahkan, pegawai dan sekuritinya sangat mengenal pribadi almarhum, diceritakan mereka bahwa almarhum sudah mengirim beberapa emasnya ke kampung halamannya dan punya kebiasaan menaruh emas di dalam ranselnya. Cerita seorang sekuritinya, bahwa dia pernah dikasih resep obat asam urat oleh almarhum. Almarhum berjanji jika ke pegadaian situ lagi, sekuriti tersebut dibawakan obat asam uratnya. Cerita memilukan yang aku dengar dari para penilaian pegawai pegadaian yang mengenal almarhum,bahwa almarhum adalah sosok yang detail dan pintar dalam mengamankan hartanya.

Besok, inshaAllah saya akan mendatangi bank Mandiri kembali untuk mencari informasi lebih detail lagi mengenai apakah almarhum menjadi nasabah di bank tersebut. Dan ke pegadaian unit satu lagi untuk menanyakan jumlah emas yang dimiliki almarhum. Maksud dan tujuan saya semata-mata hanya untuk penyampaian informasi kepada keluarga yang ditinggalkan, apakah sesuai harta yang ditinggalkan almarhum dan yang diketahui keluarganya.Karena perjalanan hari ini berakhir pukul 15.00 WIT dimana Bank dan Pegadaian sudah tutup, ditambah dengan kondisi fisik kami yang mulai lelah seperti cacing kepanasan..hehe

"Adapun orang yang menafkahkan (hartanya dijalan Allah )dan bertakwa, Dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (surga), Maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah (kesuksesan).” (QS. Al-Lail (92): 5-7)

No comments:

Post a Comment