Dua Tujuan Investasi di Properti, Cash Flow dan Capital Appreciation
Salah satu alternatif investasi yang sudah terbukti sepanjang sejarah adalah property atau real estate. Ketika saya kuliah di tahun 1994-1998 aku punya seorang teman yang orangtuanya punya usaha kos-kos an. Tidak tau persis berapa jumlah kamar di tempat kos-kosan itu, namun Nampak kos-kosan itu cukup baik di kelola. Sebagian besar yang tinggal di situ adalah mahasiswa UPH (Universitas Pelita Harapan) dan sepertinya ada beberapa karyawan muda. Aku tidak tau persis apa kerjaan mereka, yang aku tau hanya mereka punya usaha kos-kos an. Dan sepengetahuanku, keluarga ini termasuk keluarga yang cukup berada di lingkungan kami.
Sekarang aku baru sadar, bahwa ternyata mereka berinvestasi property dengan tujuan Cash Flow. Setiap bulan mereka akan mendapatkan uang dari sewa kos-kos an itu. Coba bayangkan kalau di rumah itu ada 10 kamar (waktu itu aku ingat rumahnya tingkat dan di belakang cukup besar), dan setiap kamar membayar Rp 500,000,- saja. Maka dalam sebulan akan menghasilkan Rp. 5 juta
dikurangin biaya operasional misalnya Rp 500,000,- maka penghasilan bersih adalah Rp. 4.5 juta rupiah. Nah ini yang di sebut dengan Cash Flow. Setiap bulan mereka akan terima Rp 4.5 juta rupiah, dalam setahun Rp 54 juta rupiah. Biasanya harga akan terus naik dan berarti penghasilan juga akan naik setiap tahun, misalnya dari Rp 500,000,- per kamar menjadi Rp 1 juta per kamar dalam beberapa tahun, maka penghasilannya pun juga akan naik.
Berbeda dengan sebut saja Mr. J, yang aku kenal lewat salah satu seminar property. Mr. J membagikan pengalamannya tentang inveasti di property. Mr J biasanya membeli property (apartemen) yang baru di lauching atau di pasarkan. Dengan modal 10-20% dari harga apartemen, Mr J membeli apartemen pilihannya. Beruntung di Negara Mr J ini ada, ada kemungkinan bahwa pembeli hanya perlu membayar uang muka dan tidak akan membayar angsuran atau bunga dari pinjaman bank sampai apartemen ini jadi. Nah biasanya di
butuhkan 2-3 tahun untuk membangun apartemen tersebut. Ketika apartemen sudah mau jadi, biasanya harga akan naik, bahakn harga bisa naik cukup significant di saat saat apartemen mau jadi. Ambil contoh saja, untuk apartemen dengan harga 500 juta misalanya, Mr J harus membayar 50 – 100 juta sebagai uang muka dan setelah itu tidak perlu membayar lagi sampai apartemen jadi. Namun ketika 2 atau 3 tahun lagi apartemen itu jadi harga sudah menjadi naik misalnya 650 juta. Maka si Mr J ini akan menjual apartemen itu. Dengan bermodal 50 – 100 juta Mr J akan mengantongi keuntungan (650 – 500) = 150 juta atau kalau di persentasekan, 150%-300% dalam 2
atau 3 tahun. Sekarang aku baru itu itu yang namanya membeli property untuk tujuan capital gain. Demikian seterusnya Mr J ini menjadi seorang investor yang cukup handal di bidang properti
Nah, dari cerita cerita itu, palign tidak ada 2 tujuan orang berinvestasi di property: Cash Flow dan Capital Appreciation. Bisa juga tujuannya merupakan kombinasi dari keduanya, namun biasanya jarang seperti itu, biasanya orang akan berfokus pada satu tujuan
Sumber : http://www.investasio.com/?p=80
No comments:
Post a Comment